Saat kubuka mataku, aku bergegas merapikan tempat
tidur dan kubuka kaca jendela kamarku. Aku memandang sang surya yang mulai
menampakkan sinarnya, merasakan hembusan udara di pagi hari yang segar,
mendengar suara ayam yang berkokok, dan melihat indahnya pagi yang cerah ini.
Semoga pagi yang cerah ini membuat aku lebih bersemangat.
Oh iya, kenalin namaku Tasya Falentina. Aku biasa dipanggil Nana. Aku berumur 12 tahun dan aku masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Oh iya, kenalin namaku Tasya Falentina. Aku biasa dipanggil Nana. Aku berumur 12 tahun dan aku masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Aku punya seorang sahabat, ia adalah orang yang
paling aku sayang. Namanya Naira Ramadhani. Ia biasa dipanggil Rara. Aku sangat
sayang kepadanya karena dia adalah penyemangatku. Rara adalah anak yang sangat
antusias, kreatif, lucu, hebat, dan bisa berfikir dewasa. Dan selama itu pula,
kita bisa saling mengerti, memberi nasehat, mengingatkan perbuatan yang tidak seharusnya,
saling mengisi, selalu bersama, dll. Aku yakin, pasti persahabatan ini akan
abadi dan tidak akan hancur. Semoga saja ...
Pagi ini aku beranjak ke sekolah bersama Rara
sahabatku. Kami menyusuri tepian sungai, kulihat pula hamparan padi yang menghijau.
Cuaca hari ini sangat bersahabat, ditambah dengan kicauan burung indah yang
membuat langkah kami lebih semangat berangkat ke sekolah. Di sepanjang
perjalanan kami saling bercengkerama. Kami sedang membicarakan hasil UN yang
akan dibagikan nanti.
Setelah tiba di sekolah, aku dan Rara bergabung
bersama teman teman yang lain. Rara duduk di bangku sebelahku. “Na, aku deg deg
an nih.”, kata Rara. “Aku juga Ra, nggak cuma kamu aja”, jawabku. “Aku takut
kalo nggak lulus Na”, jawab Rara lagi. “Kamu nggak boleh bilang gitu Ra. Ingat
ucapan adalah do’a, kamu harus optimis. Dan yakin aja kalo kita berdua pasti
lulus dengan nilai yang memuaskan”, jawabku. “Amin... Iya Na semoga saja.
Makasih kamu udah menasehatiku dan hatiku sekarang menjadi lebih tenang. Kamu
memang sahabat terbaikku”, jawab Rara. “Iya Ra sama sama”, jawabku lagi.
Setelah menerima hasil UN, ternyata aku dan Rara
lulus. Tapi aku sedih, karena hasil belajar Rara tidak seperti apa yang kami
harapkan. Kami berdua sampai meneteskan air mata. Aku berusaha untuk menghibur
Rara, menasehatinya, dan aku juga memeluknya. Akhirnya Rara pun menjadi lebih
tenang. Setelah tiba di akhir acara perpisahan, aku dan Rara pun berpelukan dan
berjabat tangan dengan teman teman dan guru tersayang. “Jangan lupakan aku ya
Ra? Kita juga masih bisa bertemu dan sms-an”, kataku. “Iya Na, pasti”, jawab
Rara. “Maafkan aku atas kesalahan ku selama ini ya teman? Semoga kalian semua
tidak akan pernah melupakan kenangan terindah yang pernah kita alami selama 6
tahun ini”, kata Santi (temanku dan Rara). “Iya Santi, itu pasti. Dan maafkan
juga kesalahanku dan teman teman yang lain selama ini.” ,jawabku, Rara, dan
teman teman. “Iya teman. Kalian tidak punya salah kok sama aku”, kata Santi.
“Iya makasih”, jawabku, Rara, dan teman teman. “Sampai jumpa semua... Aku akan
selalu rindu sama kalian”, tambah Edo. “Iya Edo, kami juga, sampai jumpa
lagi...”, jawab kami serempak. Akhirnya kami pun berpisah dan pulang ke rumah
masing masing.
Minggu demi minggu pun berlalu. Ternyata, aku dan
Rara bersekolah di SMP yang berbeda. Sebenarnya aku sedih, tak bisa bersama sahabat
yang paling aku sayang. Tapi aku harus ikhlas, karena ini sudah kehendak Tuhan.
Sampai saat ini, Rara tidak mengabari keadaannya sekarang. Aku menjadi cemas.
Aku pun tidak tahu Rara bersekolah di SMP mana. Rara juga selalu dihubungin,
tapi nggak dibales.
Hari minggu aku datang ke rumahnya. “tok, tok, tok ...”, aku mengetuk pintu.
“Oh Nana, ada apa Na? Pasti mau bertemu Rara ya? Silahkan masuk dulu, nanti
Tante panggilin”, kata Tante Ani (Ibu Rara). “Oh iya Tante, makasih”, jawabku.
Lalu aku masuk dan menunggunya di ruang tamu.
Hatiku sangat bahagia akan bertemu sahabat yang
paling aku sayang, karena sudah lama aku tidak berjumpa dengannya. Beberapa
menit kemudian Tante Ani menghampiriku. “Maaf Na, tapi kata Rara dia nggak mau
diganggu dan ketemu kamu dulu”, kata Tante Ani. Saat itu juga, aku menjadi
bingung dan menangis dalam hati. Hatiku tidak karuan. Antara sedih, bingung,
pengen marah, pengen tanya, dan tidak percaya dengan ini semua. Dengan suara
sedih, aku berpamitan. “O ya sudah Tante, nggak apa apa. Makasih ya Tante, Nana
pulang dulu”, kataku. “Iya Na, hati hati di jalan ya!”, jawab Tante Ani.
Setelah aku sampai di rumah, aku pun langsung
beranjak peri ke kamar. Aku merenung. (Kenapa
semua jadi seperti ini? Apa salahku? Kenapa Rara menjadi berubah seperti itu?
Ya Allah, berikanlah hambamu ini kekuatan...), batinku. Aku pun menangis
dan merenungi ini semua. Peristiwa itu sangat menyakitkan, aku seperti
ditinggalkan oleh seseorang yang sangat aku sayang. Peristiwa itu pun juga
terjadi secara tiba tiba dan membuat aku sangat bingung. Lalu aku berwudhu dan
kemudian melaksanakan sholat. Setelah selesai sholat, aku meminta kepada Allah
supaya aku diberi kekuatan untuk menerima semua ini. Akhirnya hatiku menjadi
sedikit lebih tenang.
Esoknya aku berangkat ke sekolah. Walaupun
sebenarnya perasaanku masih sedikit sedih. Temanku menyapa dan mengajakku ke
koridor sekolah. Tiba tiba temanku bertanya. “Kamu kenapa Na? Kok sepertinya
kamu sedang sedih? Kamu punya masalah apa? Cerita aja sama aku, Insya Allah
aku bisa cari solusinya”, kata Salsa
(teman sebangku ku). Lalu aku ceritakan semuanya kepada Salsa tentang apa yang
kualami saat ini. “Udah Na, kamu sabar aja. Mungkin ini salah satu cobaan buat
kamu. Aku ngerti perasaanmu gimana. Aku juga pernah ngerasan hal yang sama.
Tapi kamu harus kuat. Aku yakin, seorang Nana pasti bisa sabar dan kuat. Dan
lupakan saja masalah ini, daripada membuat kamu sedih.”, jawab Salsa setelah
mengetahui peristiwa yang terjadi padaku. Aku menjadi sadar, kalau aku terus
terusan sedih, tidak ada manfaatnya juga. Dan ini bisa dijadikan pelajaran buat
aku. “Makasih Sa, kamu udah nasehati aku, sekarang hatiku menjadi lebih
tenang”, kataku.”Iya sama sama.” Jawab Salsa.
Tahun demi tahun pun berlalu. Akhirnya aku bisa
melupakan peristiwa ini.
Hari Minggu yang cerah ini, aku mengisi waktu
luangku untuk membaca novel di kamar. Kubaca novel yang berjudul “Sahabat
Terlupakan”. Tiba tiba aku teringat oleh masa lalu, tentang sahabatku yang
membuat hatiku terasa gundah. Kubasahi hatiku dengan tangisan dan kurenungi
peristiwa itu dengan kesedihan. Dibalik kaca jendela kamarku, kupandangi hujan
deras yang bercampur dengan matahari yang masih menampakkan cahayanya. Beberapa
saat, hujan itu reda, walaupun masih ada sedikit cahaya matahari yang masih
menerangi dunia. Di pokok sana, kulihat pelangi yang sangat indah seakan
pelangi ini menerangi, menenangkan, dan menguatkan hatiku. Hatiku terasa
menjadi lebih tenang.
Mulai kulupakan kembali kenangan kenangan pahitku di
masa lalu. Dan aku beranjak pergi ke dekat jendela menuju meja belajarku, lalu
mengambil buku harianku. Kupandangi foto sahabat baruku yang juga menyayangiku
dan selalu menemaniku setiap waktu, yaitu Salsa. Walaupun mungkin aku tidak
bisa melupakan kelakuan Rara padaku, namun aku akan selalu mengingat
kebaikannya. Keesokan harinya, aku
dan teman teman SDku berkumpul kembali di SD. Kulihat, ternyata Rara juga ikut
berkumpul bersama teman teman. Tak kusangka, ternyata Rara menghampiriku. “Maaf
ya Na... Bukannya aku bermaksud untuk menghindar dari kamu. Tetapi saat itu aku
sedang kehilangan sesosok Ayah yang selalu menghiasi hariku. Dan keluargaku
berusaha menutupi segala kesedihanku.”, kata Rara. “Aku turut berduka cita atas
kepergian Ayahmu Ra... Semoga Ayah kamu tenang di sana dan diterima di sisi
Tuhan. Dan maaf aku baru mengetahui berita ini”, jawabku. “Iya makasih, nggak
apa apa kok”, kata Rara. Dan akhirnya kita berdua pun saling berpelukan dan
menceritakan pengalaman indah saat di sekolah baru. Hubungan kami pun kembali
menjadi lebih baik seperti dahulu. Aku bahagia telah mempunyai dua sahabat yang
baik dan sayang kepadaku. Aku sayang sama kalian sahabat sahabat ku... Dan
pelangi lah yang temani langkah ku menuju kebahagiaan dan meninggalkan
keterpurukan ku kala itu...
Karya : Salma Della M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar